Centre for Medicines Information and Pharmaceutical Care (PIOLK)
Blog Post

Penggunaan Dexamethasone pada Pasien Covid-19: keseimbangan antara manfaat obat dan risiko hiperglikemia

Sampai akhir tahun 2020, penyakit virus korona (coronavirus disease, Covid-19) yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah mencapai angka 80 juta dan menyebabkan lebih dari 1,5 juta kematian di dunia. Di Indonesia sendiri, ditemukan sekitar 700 ribu kasus Covid-19, lebih dari 21 ribu di antaranya berujung kematian.1

Dexamethasone adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi inflamasi pada pasien Covid-19 di rumah sakit. Satu penelitian terbaru yang mendasari rekomendasi penggunaan dexamethasone untuk pasien Covid-19 adalah Recovery Trial (terlampir), merupakan pragmatic randomised-controlled trial pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian [dexamethasone dosis 6 mg (oral atau injeksi)+usual care] vs [usual care] terhadap all-cause mortality dalam 28 hari setelah randomisasi. Lama penggunaan dexamethasone max. 10 hari (median 7 hari). Hasilnya: penambahan dexamethasone pada pasien Covid-19 yang memperoleh respiratory support (ventilasi mekanik invasif atau oksigen) menurunkan risiko mortalitas dalam 28 hari setelah randomisasi. Pada pasien yang memperoleh ventilasi mekanik invasif, mereka yang memperoleh terapi standar dan dexamethasone mempunyai risiko kematian 36% lebih rendah dibandingkan dengan yang hanya memperoleh terapi standar. Sementara itu, pada pasien yang memperoleh oksigen saja, pasien yang memperoleh terapi standar dan dexamethasone mempunyai risiko kematian 18% lebih rendah dibandingkan dengan yang hanya memperoleh terapi standar. Efek ini tidak ditemukan pada pasien yang tidak memperoleh respiratory support pada saat randomisasi. Hal ini menunjukkan efek dexamethasone bermanfaat pada pasien yang tingkat keparahan penyakitnya berada pada stage lanjut, bukan pada awal stage. 

Sayangnya, penelitian ini tidak membedakan efek terapi iv dexamethasone dengan oral dexamethasone maupun melaporkan berapa proporsi pasien yang mendapat masing-masing bentuk sediaan obat, padahal bioavailabilitas kedua bentuk sediaan ini berbeda sehingga kemungkinan bisa mempengaruhi efek dexamethasone. Selain itu, terdapat kemungkinan selection bias sebelum randomisasi, karena terdapat sejumlah pasien yang di-eksklusi oleh dokter yang merawat karena kemungkinan kontraindikasi dengan pemberian dexamethasone atau kriteria tertentu menyebabkan pasien ini tidak eligible untuk memperoleh dexamethasone. Akibatnya, pasien yang masuk randomisasi kemungkinan memang dapat mentoleransi efek samping dexamethasone, termasuk hiperglikemia. Pada penelitian ini, tidak disebutkan juga insiden hiperglikemia meskipun penelitian ini juga melibatkan pasien diabetes (sekitar 20%). Artikel ini juga belum di-peer review karena hasilnya dianggap impresif dan signifikan sehingga sambil menunggu proses peer-review, dilaporkan hasil awalnya terlebih dahulu.

Practice points

Berdasarkan bukti yang terbatas ini, terdapat rekomendasi praktis untuk pemberian dexamethasone pada pasien Covid-19 terkait kekhawatiran efek samping hiperglikemia. Pada prinsipnya, dexamethasone tetap dapat diberikan, tetapi lebih diutamakan pada tahap lanjut penyakit Covid-19, dengan tetap mengendalikan kadar gula darah pasien menggunakan insulin intermediate atau insulin long-acting (+/- prandial insulin) bila pasien mengalami kondisi hiperglikemia. 

Referensi

Print Friendly, PDF & Email

Related Posts