Centre for Medicines Information and Pharmaceutical Care (PIOLK)
Blog Post

Ibuprofen intravena (IV) untuk pengobatan demam dan nyeri

Ibuprofen intravena (IV) untuk pengobatan demam dan nyeri

Foto cover oleh Brett Jordan (unsplash/com)

 

 

Ibuprofen merupakan obat golongan non-steroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) yang sudah diketahui dapat digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik. Ibuprofen tersedia dalam berbagai macam bentuk sediaan, antara lain oral (tablet, suspensi), topikal (suppositoria), dan yang terbaru adalah bentuk injeksi intravena (IV).  

Ibuprofen IV dengan nama dagang: Caldolor® (Cumberland Pharmaceuticals, Inc., TN, USA) telah mendapat approval dari the United States Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan pada pasien dewasa dan anak >6 bulan sebagai (1) pengobatan demam,  (2) pengobatan nyeri ringan sampai sedang, dan pengobatan nyeri sedang hingga berat sebagai terapi tambahan terhadap analgesik golongan opioid.1 Di Indonesia, sediaan ibuprofen IV telah beredar dengan beberapa nama dagang seperti Intrafen® dan Peinlos®, dengan indikasi pada labelnya adalah sebagai pengobatan nyeri sedang hingga berat sebagai terapi tambahan terhadap analgesik golongan opioid.2,3

Sebagai pengobatan demam, ibuprofen IV terbukti efektif dan mempunyai profil keamanan yang cukup baik. Penelitian yang membandingkan efektifitas ibuprofen IV dengan plasebo pada orang dewasa dan ibuprofen IV dengan parasetamol oral pada pasien anak menunjukkan ibuprofen IV menurunkan demam lebih baik dibandingkan dengan plasebo atau parasetamol oral. Sedangkan untuk keamanannya dikatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna untuk kejadian efek samping antara kelompok pasien yang menerima ibuprofen IV dan plasebo atau parasetamol oral. Laporan penelitian menuliskan bahwa hanya efek samping ringan dan tidak ada efek yang samping serius yang terjadi.4-6

Sebagai pengobatan nyeri, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa ibuprofen IV mempunyai efek analgesik yang lebih baik dibandingkan plasebo. Beberapa penelitian yang kemudian dirangkum oleh Bookstaver et al. menunjukkan bahwa penggunaan ibuprofen IV sebagai terapi tambahan analgesia untuk post-operative pain secara signifikan menurunkan konsumsi opioid dibandingkan plasebo. Beberapa penelitian yang dirangkum oleh Bookstaver et al. juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna dari sisi efek samping, kecuali satu penelitian yang melaporkan adanya peningkatan kejadian muntah yang lebih tinggi pada kelompok Ibuprofen dibandingkan kelompok plasebo.4

Penelitian lain yang membandingkan efektivitas ibuprofen IV sebagai analgesik dengan analgesik lain seperti parasetamol ataupun ketorolak menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian randomized controlled trial (RCT) oleh Celik et al. yang membandingkan penggunaan ibuprofen IV 800 mg/100 mL dan parasetamol IV 1000 mg/100 mL untuk analgesik post operasi open septorhinoplasty pada pasien ASA (American Society of Anesthesiologist) group I–II menunjukkan bahwa ibuprofen lebih superior dibanding parasetamol dalam pengukuran VAS (Visual Analog Score) pada 1, 6,12, dan 24 jam setelah operasi. Konsumsi penggunaan opioid juga secara signifikan lebih rendah pada kelompok ibuprofen dibanding kelompok parasetamol pada interval waktu 0-6 jam dan 6-12 jam pada penelitian ini. Penelitian ini juga melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dari kejadian efek samping seperti kejadian depresi nafas, sedasi, retensi urin, mual, muntah, pruritus, konstipasi, perdarahan, dan dispepsia pada kedua kelompok tersebut.Penelitian RCT lain oleh Forouzanfar et al. yang melihat penggunaan ibuprofen IV 800 mg dan ketorolak IV 30 mg pada pasien dengan nyeri kolik renal juga menunjukkan bahwa ibuprofen lebih cepat meredakan nyeri dibanding ketorolak dilihat selama 15, 30, dan 60 menit setelah pemberian.8 Penelitian RCT oleh Mahon et al. yang membandingkan penggunaan ibuprofen IV 800 mg/200 mL dan ketorolak IV 20 mg/200 mL pada 48 pasien yang menjalani operasi cesarean terjadwal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara dua kelompok analgesik tersebut dilihat dari permintaan patient controlled analgesia (PCA) hidromorfon, jumlah hidromorfon yang digunakan, dan penurunan konsentrasi hemoglobin perioperative.9 Akan tetapi, ada kemungkinan jumlah sampel yang sedikit membuat penelitian ini kurang power untuk menunjukkan signifikansi, sehingga penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.

Practice points

Dilihat dari sisi efektivitas, dapat disimpulkan bahwa ibuprofen IV secara signifikan lebih efektif sebagai analgesik/antipiretik dan dapat menurunkan jumlah pemakaian opioid setelah operasi dibandingkan plasebo. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi superioritas efektivitas  ibuprofen IV dibanding analgesik/antipiretik lain.

Dilihat dari sisi efek samping, kebanyakan penelitian yang ada mengatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara ibuprofen IV dengan analgesik lain dan/atau plasebo. Akan tetapi karakteristik dari pasien yang direkrut pada penelitian-penelitian ini adalah pasien tanpa komplikasi dan pasien hanya diobservasi dalam jangka waktu pendek. Karena kejadian toksisitas kebanyakan perlu diamati dalam jangka waktu yang lebih panjang, maka diperlukan studi lebih lanjut untuk hal ini.

Referensi

1. US Food and Drug Administration. Caldolor. Reference ID: 3849818 [Internet]. 2015 [cited Jan 9, 2021]. Available from: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2015/022348s005lbl.pdf.

2. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan.  Peinlos [Internet]. 2019 [cited Jan 9, 2021]. Available from: http://pionas.pom.go.id/obat-baru/peinlos-larutan-injeksi-100-mg.

3. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan.  Intrafen [Internet]. 2019 [cited Jan 9, 2021]. Available from: http://pionas.pom.go.id/obat-baru/intrafen-larutan-injeksi-100-mgml.

4. Bookstaver PB, Miller AD, Rudisill CN, Norris LB. Intravenous ibuprofen: the first injectable product for the treatment of pain and fever. Journal of Pain Research 2010:3.

5. Krudsood S, Tangpukdee N, Wilairatana P, Pothipak N, Duangdee C, Warrell DA, Looareesuwan S. Intravenous ibuprofen (IV-ibuprofen) controls fever effectively in adults with acute uncomplicated plasmodium falciparum malaria but prolongs parasitemia. Am J Trop Med Hyg. 2010; 83(1): 51–5.

6. Khalil SN, Hahn BJ, Chumpitazi CE, Rock AD, Kaelin BA, Macias CG. A multicenter, randomized, open-label, active-comparator trial to determine the efficacy, safety, and pharmacokinetics of intravenous ibuprofen for treatment of fever in hospitalized pediatric patients. BMC Pediatrics. 2017;17:42.

7. Çelik EC, Kara D, Koc E, Yayik AM. The comparison of single-dose preemptive intravenous ibuprofen and paracetamol on postoperative pain scores and opioid consumption after open septorhinoplasty: a randomized controlled study. European Archives of Oto-Rhino Laryngology. 2018; 275:2259–63.

8. Forouzanfar MM, Mohammadi K, Hashemi B, Safari S. Comparison of intravenous ibuprofen with intravenous ketorolac in renal colic pain management: A clinical trial. Anesth Pain Med. 2019; 9(1):e86963.

9. Mahon V, Chamchad D, Horrow JC, Gerson A, Brest N. A randomized double-blind comparison of IV ibuprofen vs. IV ketorolac to prevent postoperative pain after scheduled cesarean section. Int J Health Sci. 2016, 4 (3): 1-6.


Print Friendly, PDF & Email

Related Posts