Centre for Medicines Information and Pharmaceutical Care (PIOLK)
Blog Post

Roflumilast: penghambat PDE4 untuk pengobatan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang dahulu disebut dengan penyakit paru obstruktif menahun adalah penyakit yang ditandai dengan adanya perlambatan aliran udara dalam paru-paru sehingga penderita mengalami kesulitan bernapas (sesak napas). Perlambatan aliran udara umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan, misal asap rokok.

Penelitian epidemiologi memperkirakan kasus PPOK sebanyak 384 juta pada tahun 2010, dengan prevalensi global sebesar 12%. Peningkatan prevalensi orang merokok di negara berkembang dan jumlah populasi di negara maju dapat menyebabkan peningkatan kasus PPOK dan diperkirakan pada tahun 2060 terdapat 5,4 juta kematian per tahun akibat PPOK. (GOLD, 2021)

Pilihan pengobatan harian untuk pasien PPOK stabil meliputi berhenti merokok, vaksinasi, rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada, long-acting beta-agonists (LABA), long-acting muscarinic antagonists (LAMA), inhaled corticosteroid (ICS). PPOK dikelompokkan ke dalam dua tingkatan keparahan penyakit menurut keluhannya, yaitu: dyspnea dan eksaserbasi. Pengunaan obat pada pasien PPOK yang mengalami dyspnea adalah LABA, LAMA, dan ICS; sedangkan pada pasien PPOK yang sering mengalami eksaserbasi dan masuk rumah sakit dapat ditambahkan penggunaan penghambat PDE, roflumilast (pasien dengan FEV1 ≤50%) dan antibiotik azitromisin (pasien PPOK perokok).

Roflumilast pertama kali didaftarkan dan disetujui oleh European Medicines Agency (EMA) pada tahun 2010 (Daxas®), Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2011 (Daliresp®), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2012 (Daxas®). Roflumilast (Daxas®) adalah tablet biasa berwarna putih, mengandung 250 μg, atau tablet lepas lambat yang mengandung 500 μg bahan aktif; digunakan dengan aturan pakai satu tablet sekali sehari selama 28 hari (4 minggu), dapat dilanjutkan hingga setahun. Kadar maksimum roflumilast dalam darah tercapai setelah satu jam minum obat. Penggunaan roflumilast bersama makanan akan menunda waktu untuk mencapai kadar maksimum dalam darah. Roflumilast dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 dan CYP1A2 menjadi metabolit roflumilast N-oksida. Median waktu paruh plasma efektif roflumilast dan metabolit N-oksida adalah masing-masing sekitar 17 dan 30 jam.

Roflumilast N-oksida (metabolit) dan roflumilast (cyclic-3′, 5′-adenosine utama) bekerja dengan menghambat aktivitas PDE4 (siklik utama-3′, 5′-adenosin monofosfat [siklik AMP] – metabolisme enzim dalam jaringan paru-paru) menyebabkan akumulasi siklik AMP intraseluler. Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) merupakan salah satu messenger terpenting, yang berperan dalam relaksasi otot-otot (polos) saluran pernapasan dan menghambat reaksi peradangan. Roflumilast tidak memiliki efek bronkodilatasi.

Posisi dalam terapi

Roflumilast bukan bronkodilator dan tidak diindikasikan untuk mengatasi bronkospasma akut. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) merekomendasikan roflumilast, sebagai tambahan terapi bronkodilator, direkomendasikan sebagai pilihan untuk mengobati PPOK yang parah pada orang dewasa dengan bronkitis kronis, hanya jika:

  • penyakit PPOK parah, didefinisikan sebagai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) setelah bronkodilator yang kurang dari 50% prediksi normal, dan pasien tersebut mengalami 2 atau lebih eksaserbasi dalam 12 bulan sebelumnya meskipun terapi tiga kali inhalasi dengan antagonis muskarinik kerja lama, agonis beta-2 kerja
    panjang dan kortikosteroid inhalasi.

Penelitian Chong et al. melaporkan adanya pengurangan risiko eksaserbasi PPOK sebesar 20% (OR 0,78; 0,73-0,83) pada penggunaan roflumilast selama 12-52 minggu; dan perbaikan fungsi paru (perubahan FEV1) di kelompok roflumilast sebesar 49 mL lebih baik daripada di kelompok kontrol. Efek samping yang paling umum (≥ 2%) adalah diare, penurunan berat badan, mual, sakit kepala, sakit punggung, influenza, insomnia, pusing dan nafsu makan menurun. Roflumilast harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan berat badan kurang (underweight) dan depresi.

Practice points

Pilihan pengobatan PPOK stabil adalah LABA, LAMA, ICS; selain berhenti merokok, vaksinasi, dan rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada. Roflumilast tidak memiliki efek bronkodilatasi oleh karena itu tidak digunakan untuk pengobatan akut. Roflumilast digunakan untuk mengurangi frekuensi kejadian eksaserbasi pada pasien PPOK. Roflumilast harus digunakan dengan hati-hati pada pasien PPOK dengan berat badan kurang (underweight) dan depresi.

Referensi

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. 2018. Available from: https://goldcoped.org/ (Accessed 13 March 2020).

Roflumilast for treating chronic obstructive pulmonary disease Technology appraisal guidance [TA461]. Published date: 26 July 2017.

https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/daxas

https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2013/022522s003lbl.pdf.

https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/appletter/2018/022522Orig1s009ltr.pdf.

https://www.ema.europa.eu/en/documents/variation-report/daxas-h-c-1179-x-0035-epar-assessment-report-extension_en.pdf.

Chong J, Leung B, Poole P. Phosphodiesterase 4 inhibitors for chronic obstructive pulmonary disease.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2017, Issue 9. Art. No.: CD002309. DOI: 10.1002/14651858.CD002309.pub5.

Print Friendly, PDF & Email

Related Posts