Centre for Medicines Information and Pharmaceutical Care (PIOLK)
Blog Post

Evaluasi Efektivitas Obat Antibakteri dan Antivirus dalamTerapi COVID-19

Penulis: Fauna Herawati, S.Si., M.Farm-Klin., Apt.
https://unsplash.com/s/photos/covid-19

Berikut adalah ringkasan artikel yang berjudul: ‘Evaluation of antibacterial and antiviral drug effectiveness in COVID-19 therapy: a data-driven retrospective approach‘ yang diterbitkan di jurnal ‘Pathophysiology‘ pada bulan Maret 2022 (Pathophysiology 2022; 29: 92–105). Pada saat studi ini dilakukan pada tahun 2020, pandemi penyakit COVID-19 terjadi di Indonesia. Banyak penelitian yang relevan dengan infeksi COVID-19 dilakukan karena insiden dan angka kematian yang relatif tinggi di hampir semua negara di dunia. Banyak pilihan obat yang digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19, mulai dari obat-obat simptomatik, antiinflamasi, antibodi monoklonal, antivirus, hingga upaya ‘repurposing’ beberapa obat. Pedoman terapi dibuat dan direvisi dalam waktu yang singkat mengikuti perkembangan informasi dan penelitian di dunia. Pada tahun 2020 tercatat empat pedoman terapi yang terbit dan beredar di Indonesia. Dua pedoman diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan pada bulan Maret (revisi ke-4) dan Juli (revisi ke-5), dua lainnya diterbitkan oleh gabungan lima organisasi profesi, yaitu: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada bulan Agustus (edisi 2) dan Desember (edisi 3).

Penelitian retrospektif yang dilaporkan oleh artikel tersebut di atas dilakukan pada Juli-Desember 2022. Sebagian besar tenaga kesehatan di Indonesia memberikan pengobatan pada pasien COVID-19 berdasarkan ‘Pedoman Tatalaksana COVID-19 5OP Edisi 2’. Hal ini terlihat dari profil obat yang digunakan untuk pasien COVID-19 di empat rumah sakit tempat penelitian. Sepuluh jenis obat terbanyak adalah: azitromisin, asetilsistein, vitamin C, oseltamivir, levofloksasin, omeprazol, dexametason, asam folat, ondansetron, dan sukralfat.

Sejak 19 September 2020 Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menerbitkan izin penggunaan remdesivir dalam kondisi darurat (Emergency Use Authorization [EUA] di Indonesia; dan pada bulan Oktober 2020, US Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan remdesivir sebagai obat COVID-19. Status EUA ditetapkan oleh FDA untuk beberapa jenis obat, antara lain: baricitinib (November 2020), sotrovimab (Mei 2021), tocilizumab (Juni 2021), kombinasi tixagevimab dan cilgavimab (Desember 2021), nirmatrelvir tablet dan ritonavir tablet (Desember 2021), molnupiravir (Desember 2021), bebtelovimab (Februari 2022).

Pada penelitian ini model regresi logistik ganda dan analisis kovariat (ANCOVA) digunakan untuk menganalisis efektivitas berbagai obat antibakteri dan antivirus dengan memperhatikan usia pasien, jenis kelamin, tingkat keparahan COVID-19, dan komorbiditas sebagai faktor perancu. Rasio peluang (selanjutnya disebut rasio kesembuhan) juga dihitung untuk faktor-faktor yang mencapai signifikansi dalam modelnya. Tingkat signifikansi untuk semua tes ditetapkan pada tingkat 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa usia dan komorbitas mempengaruhi kesembuhan pasien (p<0,05); lama rawat pasien lebih pendek pada penggunaan favipiravir (p<0,001); serta penggunaan azitromisin dan oseltamivir tidak meningkatkan rasio kesembuhan pasien COVID-19.

Referensi

Yulia R, Ikasanti PA, Herawati F, et al. Evaluation of antibacterial and antiviral drug effectiveness in Coivid-19 therapy: a data-driven retrospective approach. Pathophysiology. 2022; 29(1): 92-105.

Emergency Use Authorization. https://www.fda.gov/emergency-preparedness-and-response/mcm-legal-regulatory-and-policy-framework/emergency-use-authorization#coviddrugs (accessed 9 March 2022).

Print Friendly, PDF & Email

Related Posts