Mabuk perjalanan atau motion sickness merupakan suatu sindrom yang terjadi sebagai respon dari adanya suatu gerakan yang riil atau dipersepsikan.1 Secara sederhana, mabuk perjalanan terjadi akibat ketidakcocokan stimulus neural dari visual dan vestibular di otak.2 Gejala yang dialami dapat beragam, sering kali berupa mual, muntah, keringat dingin, kepala pusing, mengantuk, meneteskan air liur, dan sebagainya.1,3
Beberapa karakteristik terkait peningkatan risiko mabuk perjalanan antara lain:1
- Jenis kelamin – dimana perempuan lebih peka terhadap kemungkinan terjadinya mabuk perjalanan dibanding laki-laki;
- Umur – dimana mabuk perjalanan biasanya mulai terjadi di umur 6 tahun dan tertinggi frekuensinya di umur 9 tahun. Setelah itu saat remaja biasanya kejadian mabuk perjalanan akan lebih menurun. Pada orang tua, mabuk perjalanan lebih jarang terjadi;
- Fitness level – dimana pada orang yang level aerobic fitnessnya tinggi lebih peka terhadap kemungkinan terjadinya mabuk perjalanan; hal ini mungkin disebabkan karena sistem autonomi pada orang yang level aerobic fitnessnya tinggi lebih reaktif;
- Kondisi medis – dimana pasien dengan vertigo, patologi vestibular, meniere’s disease, dan migraine lebih berisiko terhadap kemungkinan terjadinya mabuk perjalanan;
- Hormones – Fluktuasi hormon saat hamil ataupun pada siklus menstruasi menyebabkan kepekaan terhadap terjadinya mabuk perjalanan meningkat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan terkait penanganan non-farmakologi dari mabuk perjalanan antara lain:4
- Hindari membaca saat perjalanan;
- Usahakan melihat ke luar jendela saat perjalanan, pilih kursi yang menghadap searah dengan arah lajunya kendaraan;
- Hindari alkohol dan makan yang berlebihan;
- Cari tempat-tempat tertentu dimana gerakan biasanya paling tidak banyak dialami, seperti duduk di depan dalam perjalanan dengan mobil, duduk dekat dengan bagian sayap pada pesawat, pilih duduk di bagian tengah atau dek bagian atas pada kapal;
- Hindari bau menyengat seperti bau makanan ataupun bau rokok;
- Bila memungkinkan, terutama dalam perjalanan darat, pasien adalah orang yang menyetir mobil.
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan ini antara lain adalah antihistamin (contoh: dimenhidrinat, siklizin, difenhidramin, dan sebagainya) dan antikolinergik (contoh: skopolamin dan hyosin).1-5 Di pasar Indonesia, obat yang terutama sering digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan adalah golongan obat antihistamin dengan kandungan dimenhidrinat dengan beragam nama dagang. Pendekatan alternatif lain yang dikatakan dapat digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan adalah menggunakan jahe, meskipun bukti klinisnya masih terbatas. Selain itu penggunaan acupressure pada pergelangan tangan (P6 acupressure point – ) dianggap juga dapat membantu meredakan rasa mual karena mabuk perjalanan.5
Referensi
1. Takov V, Tadi P. Motion Sickness. [Updated 2021 Sep 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/.
2. Shane-McWhorter L, Oderda L. Nausea and Vomiting. In: Berardi RR, Ferreri SP, Hume AL, et.al, editors. Handbook of Nonprescription Drugs: An interactive approach to self-care. 16th ed. Washington DC: American Pharmacists Association. 2009.
3. Blenkinsopp A, Duerden M, Blenkinsopp J. Symptoms in the Pharmacy: A Guide to the Management of Common Illness. 8th ed. West Sussex, UK: Wiley-Blackwell; 2018.
4. Welch AC. Nausea and Vomiting. In: Krinsky DL, Ferreri SP, Hemstreet BA, et.al. Handbook of Nonprescription Drugs: An Interactive Approach to Self-Care. 19th ed. Washington DC: American Pharmacists Association; 2018.
5. Leung AK, Hon KL. Motion sickness: an overview. Drugs Context. 2019;8:2019-9-4. doi:10.7573/dic.2019-9-4.