

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
Covid-19, penyebab pandemi pada abad ke-21, secara bersamaan juga telah melahirkan infodemi, yaitu banjirnya informasi yang salah yang semakin dipercepat dengan kemajuan teknologi informasi pada saat ini. Kesalahan informasi (misinformation) ini terutama berkaitan dengan produk-produk ‘baru’ yang diinformasikan dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit Covid-19.1 Salah satu produk yang diberitakan dapat memberikan efek tersebut adalah obat bernama ivermectin (untuk selanjutnya pada tulisan ini disingkat sebagai IVM).2 Apakah informasi ini benar?
IVM adalah bahan aktif obat yang sudah ditemukan sejak akhir tahun 1970, dan diperkenalkan oleh Merck & Co. sejak awal tahun 1980 di pasaran untuk kesehatan hewan. IVM terkenal efektif untuk mengobati infeksi parasit, khususnya cacing gelang (nematoda), pada saluran cerna hewan ternak. Sampai hari ini, secara global IVM banyak digunakan untuk memelihara kesehatan hewan ternak dan hewan peliharaan.3,4 Pada akhir tahun 1980, IVM mulai digunakan untuk mengobati penyakit onchocerciasis akibat infeksi parasit cacing Onchocerca volvulus pada manusia. Karena IVM cukup efektif, dapat mencakup banyak jenis parasit, relatif aman dan mudah digunakan, penggunaannya berkembang untuk mengobati infeksi akibat berbagai jenis cacing lainnya.4 Di Indonesia, IVM tersedia dalam bentuk kaplet 12 mg untuk tujuan pengobatan infeksi cacing (penyebab penyakit onchocerciasis dan strongyloidiasis). IVM adalah obat keras yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter.5
IVM telah digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi cacing pada manusia sejak akhir tahun 1980.6 Dua kajian sistematis telah menjelaskan efek antivirus IVM pada virus DNA dan RNA, termasuk SARS-CoV-2. In vitro, IVM dapat memblokir reseptor importin yang bertanggung jawab untuk transmisi protein SARS-CoV-2 ke dalam sel inti inang, sehingga mencegah replikasi virus.7,8 Meskipun mekanisme dan dosis yang diperlukan masih perlu ditetapkan pada model hewan secara in vivo, IVM telah diuji coba untuk mengobati pasien Covid-19 yang mendorong beberapa publikasi kajian sistematis dan meta-analisis yang menyelidiki efektivitas dan keamanannya.9-11 Terdapat ketidaksepakatan hasil di antara kajian-kajian ini karena perbedaan dalam inklusi penelitian dan analisis. Dua kajian menyimpulkan bahwa efek IVM dibandingkan dengan perawatan standar/plasebo/tanpa pengobatan terhadap hasil yang penting seperti kematian adalah tidak pasti dengan kualitas bukti (quality of evidence, QoE) rendah hingga sangat rendah,9,10 sementara kajian lainnya menunjukkan bahwa IVM secara signifikan mengurangi semua penyebab kematian dibandingkan tanpa IVM pada pasien Covid-19 dengan QoE sedang.11 Tidak ada perbedaan efek samping obat yang signifikan antara IVM dan kelompok kontrol.9-11 Hingga saat ini, penggunaan IVM pada pasien Covid-19 di Indonesia masih dibatasi dalam konteks uji klinis atau di bawah pengawasan dokter.5 Jelas bahwa diperlukan lebih banyak uji coba yang dilakukan dengan baik untuk menetapkan peran IVM dalam Covid-19. Karena banyaknya kajian sistematis dengan metode yang sedikit berbeda telah menyelidiki topik ini, penilaian independen terhadap kualitas kajian-kajian ini juga diperlukan.
Practice points
Meskipun ivermectin adalah obat yang sudah ditemukan sejak beberapa dekade yang lalu, efektivitas penggunaannya untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19 untuk populasi Indonesia masih belum diketahui. Sebaiknya, masyarakat tidak membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter atau hanya menggunakan obat ini menurut petunjuk dokter.